Wednesday, April 30, 2008

Zainal Bahagia Serahkan Jabatan Kapolda



Kasus Penyelundupan Kayu di Ketapang
Laporan: Safitri/Wartawan Tribun Pontianak
[terbit online di www.tribunpekanbaru.com --Rabu 30/04/08, 21:52:32]

PONTIANAK, TRIBUN – Brigadir Jenderal (Pol) Zainal Abidin Ishak, mengaku tidak tahu alasan Kapolri Jenderal (Pol) Sutanto mencopot jabatannya sebagai Kapolda Kalimantan Barat (Kalbar). "Ini kebijakan pimpinan Polri, saya sebagai insan Bhayangkara harus patuh, dan taat kepada pimpinan. Saya tidak tahu alasan kepindahan, namun saya anggap ini wajar saja di lingkungan kepolisian," ujar Brigjen Zainal usai parade perpisahan di halaman Mapolda Kalbar, Rabu (30/4). Zainal yang baru bertugas sekitar setahun di Kalbar ini, disebut-sebut paling bertanggungjawab atas kegagalan menegakkan hukum dalam kasus pembalakan liar.



Di antaranya, dalam kasus illegal logging di wilayah Ketapang, Kalbar yang diduga melibatkan beberapa perwira polisi. Zainal sendiri mengaku proses penyidikan terhadap dirinya di Mabes Polri sudah rampung, kecuali tiga perwira yang diperiksa bersamanya. Ketiga perwira masih dalam proses pemeriksaan di Mabes Polri. Secara pribadi saya sudah dapat TR, dimutasi sebagai Perwira Staf Ahli Kapolri, dan saya sudah siap melaksanakan itu. Proses penyidikan saya semua sudah selesai dan Kapolri sudah sampaikan itu," jelas Zainal. Jenderal bintang satu ini menyatakan lega, setelah menyerahkan jabatan kepada Brigjen (Pol) R Nata Kesuma. "Saya merasa bahagia karena proses ini bisa berjalan, seperti proses Sertijab yang lain," katanya.

Ia berharap suasana kondusif Kalbar selama kepemimpinannya dapat dipertahankan. "Semua hal-hal berkaitan dengan ketertiban keamanan masyarakat wilayah Kalbar, sepenuhnya sudah saya serahkan. Termasuk yang berkaitan operasio-operasi ilegal, pembinaan ke dalam, seperti reward and punishment segera dibangun," tuturnya.

Rp 170 Juta per Pos

Disinggung jumlah barang bukti (BB) pembalakan liar di Ketapang yang dilelang pertengahan April, Zainal mengungkapkan hanya sekitar 6.000 meter kubik. Tidak puluhan ribu meter kubik, seperti dilansir media massa saat Kapolri mengunjungi Ketapang, 3 April lalu.
"BB di Ketapang sudah melewati proses lelang yang nilainya bisa ditanya kepada petugas di sana. Secara pasti jumlahnya enam ribu sekian kubik," jelasnya. Ketika melakukan inspeksi ke Ketapang, Kapolri menegaskan siapa saja yang terlibat, baik aparat Polri , Dinas Kehutanan, maupun siapa saja akan ditindak tegas. Bukan gertak sambal, usai inspeksi, Brigjen Zainal berikut tiga perwira Polda Kalbar, Kadishut Ketapang dan sejumlah staf diperiksa intensif di Mabes Polri.

"Kami ingin tertibkan semua, termasuk aparat. Jangan main-main menangani kasus ini (illegal logging). Kami akan membuka akses informasi seluas-luasnya dan mengambil informasi selengkap-lengkapnya," janjinya. Tim Bareskrim Mabes Polri hingga kini masih memeriksa sejumlah orang yang terkait kasus di Ketapang dan Sambas. Ketua Tim Kabareskrim, Komjen (Pol) Bambang Hendarso Danuri mengungkapkan, tiap kapal memuat 600-1.000 m3 kayu olahan ilegal. Total nilainya setara Rp 4,8 miliar.

Bareskrim telah menangkap Indra Wijaya, tersangka yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polri. Di Serawak, kapal pengangkut illegal logging itu diterima dua warga Malaysia, Benny Wong dan Indra Wijaya. Kayu dicap, dan pajak dibayar, sehingga kapal bisa masuk Pelabuhan Hardwood Marine. Dari penyidikan, kapal masuk ke Sungai Sematan Serawak, Sungai Sambas, Sei Pawan dan Sungai Sandai. Penyelundupan lancer-lancar saja, karena mereka memberi uang upeti Rp 170 juta tiap pos. (*)

Read More..

Tuesday, April 29, 2008

Kapolda Siap Pertaruhkan Jabatan




*Illegal Logging Masih Prioritas

Safitri Rayuni
(tulisan ini juga terbit di kompas.com edisi 29 April 2008)

Siap mempertaruhkan jabatan dan menerima konsekuensi yang diberikan atasan. Kalimat ini meluncur tegas dari bibir Kapolda Kalbar Brigjen Pol Raden Nata Kesuma, terkait upaya penegakan hukum yang akan dilakukannya di Kalimantan Barat. "Saya punya jabatan toh, Saya siap menerima konsekuensi yang diberikan oleh atasan," jawabnya ditemui usai serah terima ibu asuh polwan Polda Kalbar, Selasa (29/4).

Kapolda yang baru menjabat sejak 15 April lalu, ini menggantikan Brigjen Pol Zainal Abidin Ishak yang dicopot dari jabatannya karena dinilai gagal menertibkan praktik illegal logging di Kalbar. Zainal yang tampak hadir di Polda kemarin tampak tergesa-gesa menuju mobil usai acara. Sebelumnya, ia juga hadir dalam rapat internal yang digelar tertutup di aula Mapolda Kalbar bersama kapolres dan pejabat tinggi Polda Kalbar.
Rapat internal itu kata Nata Kesuma dimaksudkan untuk konsolidasi ke dalam bagi jajaran Polda Kalbar. "Agar kita tahu kondisi awal sehingga bisa memutuskan apa yang pantas untuk diterapkan di sini," terangnya.
Ditambahkannya, pemberantasan illegal logging terutama di kawasan perbatasan masih menjadi prioritas. Soal keamanan di kawasan perbatasan, Polda Kalbar akan bekerjasama dengan negara tetangga.
"Prioritaskan apa yang diamanatkan pimpinan. Soal illegal logging di perbatasan menjadi salah satu prioritas penting yang akan dilakukan. Sekarang ini tidak ada orang yang kebal hukum, jika ada harus dituntaskan, meski prosesnya tidak bisa instan," katanya seraya menegaskan aktivitas para pelaku kejahatan termasuk praktik illegal logging itu harus dibuktikan dengan petunjuk-petunjuk dan keterangan.
Saat ini 30 oknum polisi dari Polres Ketapang yang menjadi tersangka illegal logging sedang disidik Bidang Propam Polda Kalbar. Menyoal penahanan ini, kapolda mengatakan ia akan mengambil tindakan langsung jika diinstruksikan pusat. "Sekarang ini Saya akan melihat hasil dari Irwasum dan melaporkannya kepada Kapolri. Sesuai perintah beliau, jika memang harus saya tindak langsung akan dilakukan," tukasnya.
Menurutnya, saat ini semua sudah bersifat transparan. "Apa yang diperbuat polisi bisa diketahui dengan cepat. Mata telinga Saya ya Anda semua. Tanpa dukungan Anda dan masyarakat sukar sekali memberantas jaringan illegal logging, karena itu jangan ragu-ragu dan tunda untuk memberikan informasi yang sifatnya konkrit dan membangun," imbaunya.

Read More..

Monday, April 28, 2008

Felix, Pengirim SMS ke SBY Batal Dibebaskan

Safitri Rayuni

Felix Setiawan Hidayat (37), pria pengirim SMS ke Presiden Susilo Bambang Yudhonoyo (SBY), batal dibebaskan dari tahanan Polda Kalbar, Senin (28/4). Semula, Polda berencana menangguhkan penahanan Kepala Sekolah TK Karitas Pontianak ini.


Sejumlah rekan Felix dari Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP), sudah berkumpul di Mapolda Kalbar sejak pukul 08.00 WIB. Sampai pukul 14.00 WIB, seorang pejabat Polda Kalbar menemui mereka dan mengatakan penundaan penangguhan tersebut karena sejumlah alasan teknis, seperti persiapan kedatangan Kapolda baru Brigjen Pol Nata Kesuma di Pontianak, Selasa (29/4).

Felix ditahan setelah mengirim SMS ke nomor 9949, nomor layanan SMS pengaduan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 8 Februari 2007 pukul 09.42 WIB. Isinya mengkritik SBY sebagai presiden tempe, karena untuk mengurusi tahu dan tempe saja SBY mau turun ke lapangan tetapi tidak peduli kepada persoalan pendidikan.

Menurut Stephanus Paiman, pendamping Felix dari FRKP, SMS ke SBY dilatarbelakangi kekecewaan. Beberapa tahun lalu, ia berencana membangun tempat bermain bagi murid-murid TK Karitas. Ia membeli sebidang tanah di samping rumahnya.

Ketika tanah itu akan dipagari, tetangga Felix keberatan karena menganggap sebagian tanah tersebut miliknya. Felix pun meminta petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat mengukur ulang tanah. Ternyata tanah itu memang milik Felix.

Felix kembali memagari tanah itu, yang berujung pada pemukulan dirinya oleh lima lelaki. Kasus ini sampai ke kepolisian. Tapi orang yang memukul tak ditahan. Ia lantas mengadukan terhalangnya pembangunan pagar TK itu ke jajaran kepolisian dan Pemerintah Kota Pontianak.Merasa tak juga ada penyelesaian, Felix akhirnya mengirim SMS pengaduan ke 9949.

Pesan singkat itu mendapat balasan standar: "Terima kasih atas partisipasi Anda, pesan Anda telah kami terima." Tak puas, Felix mengirimkan SMS yang sama ke layanan SMS Ani Yudhoyono, istri SBY. Jawaban yang didapat, menurut Paiman, menyarankan agar mengadu ke pemda setempat saja, tak perlu sampai ke ibu negara.

Akibat SMS tersebut, pada 14 Maret pukul 00.00 WIB, Felix ditangkap Datasemen Khusus (Densus) 88 Mapolda Kalbar. Polisi kemudian menetapkannya sebagai tersangka sehari kemudian. Namun alasan penahanan Felix tidak lagi terkait kasus SMS ke SBY. Ia disidik untuk kasus lain, yakni kasus pencemaran nama baik yang terjadi pada 27September 2007.

Ketika itu, ia mengirim SMS pengaduan ke running text news SCTV tentang aliran dana dari Singapura kepada teroris di Gang Beringin, Pontianak. Yang ia maksud teroris adalah tantenya, Ana. Sang tante melaporkan kasus tersebut ke polisi September 2007 lalu atas tuduhan pencemaran nama baik.

Read More..

Sunday, April 20, 2008

Jakarta Harus Kita Belah

Oleh Safitri Rayuni

Puncak acara kampanye hutan lestari oleh Menhut RI MS Kaban, budayawan Emha Ainun Nadjib dan artis Novia Kolopaking, berlangsung di lapangan Sepakat, Ketapang, Rabu (2/4) malam tadi.
Namun sebelumnya, Emha Ainun Nadjib atau yang dikenal Kiai Kanjeng alias Cak Nun ini sejak kedatangannya sudah menggelar sejumlah ceramah dan diskursus. Seperti Rabu (2/4) dini hari kemarin, ia mengisi ceramah subuh bagi jemaah shalat subuh keliling di Ketapang.

Menjelang siang, diskursus singkat bersama Cak Nun juga digelar Kantor Informasi Kebudayaan dan Pariwisata (Inbudpar). Dalam diskursus ini, Cak Nun memberikan penyadaran dan motivasi kepada masyarakat adat dan daerah untuk bangkit dari ketertinggalan dan melepaskan belenggu inferior dan rendah diri dari Jakarta, sebagai sentral administratif pemerintahan.
"Ketapang punya Melayu, Dayak, Madura dan lain-lain, sama seperti Indonesia. Nah sekarang, besar mana Indonesia ama Dayak, sama Melayu, Bugis, Madura, Sunda, dan lainnya?" tanyanya memulai diskusi. Sebagian peserta menjawab, Indonesia sebagai sesuatu yang lebih besar dari etnisitas.
Namun, agaknya jawaban itu dimentahkan Cak Nun dengan menegaskan, bahwa sebelum Indonesia terbentuk, dalam usianya yang baru 60 an tahun, bangsa Dayak, Melayu dan sebagainya sudah berabad-abad lamanya ada, "Jadi bagaimanan Indonesia bisa lebih besar dari Dayak atau lainnya?" kata Cak Nun.
Kebesaran etnis dan budaya ini kata dia, berarti mempunyai filosofi, kualitas yang sudah berlangsung berabad-abad. Sedangkan Indonesia baru 60-an tahun. "Dan ingat, Indonesia hanya perjanjian adminisitratif konstitusi, secara budaya dia bukan apa-apa, budaya itu ya Jawa, Dayak, Bugis, Melayu dan lainnya yang sudah berpuluh-puluh abad lamanya eksis," tukasnya.
"Akan kita cari kita ini. apa lebih tua dari Ibrahim atau nabi siapa, cari induk nya, Dayak, Bugis, Melayu dan lainnya harus tahu sejarah dirinya, agar tidak minder dari bangsa lain, supaya kita tahu, jangan-jangan kita lebih dari apa yang kita kira, Indonesia ini cuma rumah to bu?" tanyanya pada seorang Ibu yang menjawab paling pertama.
Diskursus ini dihadiri sekitar 100 peserta dari berbagai kalangan, LSM, pejabat setempat, pers, siswa dan masyarakat setempat. Berkali-kali Cak Nun menekankan, bahwa Jakarta hanyalah perjanjian adminsitratif, "Jakarta jangan dianggap lebih hebat dari Ketapang. Saya serius!!! agar kita bisa menemukan kebudayaan kita," katanya lantang.
Dayak lah yang melahirkan Indonesia, Melayulah yang melahirkan Indonesia begitu juga etnis lainnya. "Jadi jangan bilang Indonesia lebih besar dari budaya kita. Suatu hari Jakarta harus kita belah. Kalimantan harus jadi pusatnya, meski secara administratif bukan menjadi pusat. Agar Anda tidak dijajah oleh oportunis-oprtunis senayan yang mau jadi pemimpin tapi tidak pernah memikirkan Anda di deaerah," ungkapnya tenang disambut tepuk tangan.
Selama ini kata Emha, masyarakat Indonesia banyak yang rela diperbudak Arab, Malaysia, Yahudi, amerika dan sebagainya. "Kita semua niru-niru barat, amerika, eropa," sindirnya dalam diskusi yang dipandu M Yani, Kasi Inbudpar Ketapang ini.
Sekilas, Yani sempat memberikan prolog dalam cerita 'bidik menggali', dimana ada kisah terjadinya dunia pertama kali. Pandangan sesudah kematian, dimana sesudah hidup ada kematian, yang dalam kepercayaan masyarakat adat Dayak, roh akan pergi ke dunia lain, dimana dalam tradisi Dayak, arwah yang mati memulai langkah baru dalam kehidupan yang lain.
Cak Nun juga menyebutkan, Indonesia didirikan oleh lima pilar. Pilar rakyat, sebagai pilar pertama dan secara menyeluruh, tanpa dibedakan suku. Pilar ke dua, TNI dan polisi, pilar ketiga, kaum intelektual, keempat kekuatan adat dan kesadaran terhadap kepemilikan natural dan kultur, pilar kelima kekuatan keagamaan dan spiritual.
"Ketahanan nasional kita baru mengakomodasi dua,pilar yakni intelektual dan militer. Rakyat belum teruumuskan dengan baik, negara belum bisa meletakkan rakyat dalam praktik-praktik politiknya. Parpol pilih wakil parpol bukan wakil rakyat," ucapnya diamini forum.
Pilar ke-4 dan ke-5 kata dia juga belum terakomodir. Kekuatan agama dianggap gangguan dan potensi konflik, tetapi negara tidak berusaha mencari inspirasi bahwa semua agama bisa menjadi wacana untuk mempermatang demokrasi yang kita pilih.
"Agama baru dikeluarkan secara defensif. Kalau masuk dalam birokrasi dan institusi baru di departemen agama, lucu, pengadilan agama nikah dan cerai di kalangan islam saja, aslinya tidak fair," kata dia.
"Luas mana agama sama negara?" tanyanya. Khilafah dijelaskannya adalah suatu pemandatan untuk memimpin alam. "Pasar disediakan oleh agama, masjid, keraton, hutan, sungai agama menyediakan nilainya. Tapi dalam negara kita, agama hanya dijadikan departemen, yang secara langsung mengerdilkan agama," ucapnya.
"Kita ini ikut demokrasi Indonesia tap tidak belajar pada Denmark, Thailand,dan lainnya yang meletakkan keraton pada proporsi yang cukup terhormat. Di sini keraton hanya jadi obyek wisata," katanya.
Otonomi daerah seharusnya kata Cak Nun, seperti. genekologi raja. "Supaya kita bisa menghormati apa yang kita miliki, agar institusi kita matang. Bukan berarti jika Dayak besar dari Indonesia, berarti kita Dayak Centris, justeru kita memangku pusat, selama ini kan yang kasi makan orang Jawa adalah orang daerah," katanya tertawa terbahak-bahak.
Otonomi daerah menurutnya bukan hanya bagi-bagi kue korupsi, bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga untuk menemukan garuda sejati. Garuda yang disimbolkannya sebagai hewan yang tahu sejarah nenek moyannya sendiri.
"2012 saya yakin Indonesia akan bangkit. Anda ini orang hebat. Bahasa Dayak lebih kaya, lebih banyak kosakatanya, entah dayak mana dan bagian mana. Salah satu tanda tuanya peradaban adalah bahasa. Pengenalan orang Dayak terhadap detailnya alam. Setiap etnik punya keistimewaan masing-masing," tandasnya.

Read More..

Thursday, April 3, 2008

Illog di Ketapang, Menhut Kirim Surat Protes ke Malaysia



*Kaban: Kayu Asli Indonesia Akan Dites DNA


Safitri Rayuni

Sedikitnya 24 ribu meter kubik kayu kini menjadi barang bukti illegal logging di Ketapang. 19 kapal yang ditangkap bersama BB dalam operasi yang digelar Mabes Polri dan Dinas Kehutanan itu, kini bersandar di dermaga Desa Sungai Awan berikut para ABK, sejak satu bulan terakhir.
Kapolri Jenderal Sutanto dan Menhut MS Kaban, Kamis (3/4) pagi kemarin, bersama tiga perwira bintang tiga dan 40 personel brimob Mabes Polri, meninjau langsung lokasi tersebut.

Bertempat di lantai tiga sebuah pos penjagaan, Kapolri dan Menhut menggelar jumpa pers. Menhut MS Kaban menyatakan maksud kunjungannya untuk melihat langsung hasil operasi penertiban kayu-kayu ilegal dan perdagangan gelap ke negara tetangga Malaysia.
"Langkah operasi sudah cukup signifikan dan terbilang besar. Klimaksnya di Ketapang ditengarai cukup lama diobservasi, dimana kebanyakan lintasan kayu-kayu ini masuk ke Kuching, Malaysia," ungkap Kaban.
Karena itu, Indonesia melalui Departemen Kehutanan, kata dia, akan segera mengirim surat kecaman kepada Malaysia. "Kita akan ajukan protes ke Malaysia. Bila perlu tes DNA yang menyatakan bahwa kayu-kayu itu kayu asli Indonesia, bukan kayu dari hutan Malaysia," tegas Kaban.
Dikatakannya, bersama Mabes Polri, pihaknya sepakat untuk segera menangkap dan memproses pelaku utama. "Asiong alias Asong dan Ahun atau Yulianto, kami imbau lebih baik menyerahkan diri, karena takmungkin bisa lolos. Jika lari ke Malaysia, tetap akan dicekal, karena paspor akan dimatikan sehingga tidak ada lagi pelayanan," ancam Kaban.

Kapolri: Semua yang Terlibat Pasti Diusut Tuntas

Sementara, Kapolri Jendral Sutanto menegaskan, bagi siapa saja yang terlibat, baik aparat polisi maupun aparat dinas kehutanan, serta siapa saja yang terlibat akan segera diusut tuntas.
Operasi ini kata dia, adalah operasi yang cukup komprehensif. Bukan tak mungkin pejabat kepolisian hingga kepala daerah juga diperiksa jika memang terindikasi memiliki keterlibatan.
"Beberapa TSK (tersangka) ada yang sudah tertangkap dan beberapa lainnya sedang dalam pencarian. Untuk ini kita bekerjasama dengan interpol," katanya. Untuk proses peradilan, dikatakan Sutanto terbilang cepat, hingga saat ini sudah masuk ke Jaksa Penuntut Umum (JPU).
"Kita harap ini bisa memberi efek jera, dengan memberikan vonis yang berat kepada pelaku. Pelajaran dari kasus-kasus terdahulu dari pelanggaran ada yang diberi hukuman berat ada yang ringan, karena itu perlu koordinasi dengan kejaksaan dan MA," katanya.
Menyoal indikasi keterlibatan sejumlah oknum aparat, Sutanto menegaskan akan menyelidiki sumber data-data mengenai sejauh mana keterlibatan tersebut. "Kami ingin tertibkan semua, termasuk aparat. Jangan main-main tangani ini. Kami akan membuka akses informasi seluas-luasnya dan mengambil informasi selengkap-lengkapnya," tukasnya.
Kaban menambahkan, operasi ini sifatnya sangat signifikan, dilakukan dari hulu hingga ke hilir ditemukan praktik-praktik ilegal, bahkan sawmil-sawmil yang ada tidak mengantongi izin Bupati. "Ini sama dengan pencurian, HPH tak berdaya hadapi jaringan yang cukup kuat. Tak ada toleransi untuk ini, negara kita memiliki undang-undang yang menjamin hal tersebut. Tidak ada manfaat yang diterima negara, kecuali sifatnya individual," katanya.
Tim Bareskrim Mabes Polri sejauh ini masih memeriksa sejumlah pihak yang tertangkap di Ketapang dan Sambas. Menurut Ketua Tim Kabareskrim, Komjen Bambang Hendarso Danuri, setiap kapal memuat 600- 1.000 m3 kayu olahan atau senilai Rp4,8 miliar.
Sesaat sebelum kedatangan rombongan, aparat menangkap Wijaya, salah satu DPO. Menurut informasi yang diselidiki tim Mabes Polri, di Serawak, kapal diterima dua warga Malaysia, bernama Benny Wong dan Indra Wijaya.
Kayu dicap, dan pajak di bayar sehingga kapal bisa masuk ke Pelabuhan Hardwood Marine. Dari penyidikan, kapal masuk ke Sungai Sematan Serawak dan Sungai Sambas, Sei Pawan dan Sungai Sandai.
"Selama ini, penyelundupan kayu yang melintasi sungai dengan jarak ratusan mil itu berjalan aman-aman saja," kata Bambang. Kayu-kayu ini berhasil lewat dengan aman melalui sungai karena setiap pos dibayar Rp 170 juta.

Read More..

Wednesday, April 2, 2008

Jakarta Harus Kita Belah


Oleh Safitri Rayuni

Puncak acara kampanye hutan lestari oleh Menhut RI MS Kaban, budayawan Emha Ainun Nadjib dan artis Novia Kolopaking, berlangsung di lapangan Sepakat, Ketapang, Rabu (2/4) malam tadi.
Namun sebelumnya, Emha Ainun Nadjib atau yang dikenal Kiai Kanjeng alias Cak Nun ini sejak kedatangannya sudah menggelar sejumlah ceramah dan diskursus. Seperti Rabu (2/4) dini hari kemarin, ia mengisi ceramah subuh bagi jemaah shalat subuh keliling di Ketapang.

Menjelang siang, diskursus singkat bersama Cak Nun juga digelar Kantor Informasi Kebudayaan dan Pariwisata (Inbudpar). Dalam diskursus ini, Cak Nun memberikan penyadaran dan motivasi kepada masyarakat adat dan daerah untuk bangkit dari ketertinggalan dan melepaskan belenggu inferior dan rendah diri dari Jakarta, sebagai sentral administratif pemerintahan.
"Ketapang punya Melayu, Dayak, Madura dan lain-lain, sama seperti Indonesia. Nah sekarang, besar mana Indonesia ama Dayak, sama Melayu, Bugis, Madura, Sunda, dan lainnya?" tanyanya memulai diskusi. Sebagian peserta menjawab, Indonesia sebagai sesuatu yang lebih besar dari etnisitas.
Namun, agaknya jawaban itu dimentahkan Cak Nun dengan menegaskan, bahwa sebelum Indonesia terbentuk, dalam usianya yang baru 60 an tahun, bangsa Dayak, Melayu dan sebagainya sudah berabad-abad lamanya ada, "Jadi bagaimanan Indonesia bisa lebih besar dari Dayak atau lainnya?" kata Cak Nun.
Kebesaran etnis dan budaya ini kata dia, berarti mempunyai filosofi, kualitas yang sudah berlangsung berabad-abad. Sedangkan Indonesia baru 60-an tahun. "Dan ingat, Indonesia hanya perjanjian adminisitratif konstitusi, secara budaya dia bukan apa-apa, budaya itu ya Jawa, Dayak, Bugis, Melayu dan lainnya yang sudah berpuluh-puluh abad lamanya eksis," tukasnya.
"Akan kita cari kita ini. apa lebih tua dari Ibrahim atau nabi siapa, cari induk nya, Dayak, Bugis, Melayu dan lainnya harus tahu sejarah dirinya, agar tidak minder dari bangsa lain, supaya kita tahu, jangan-jangan kita lebih dari apa yang kita kira, Indonesia ini cuma rumah to bu?" tanyanya pada seorang Ibu yang menjawab paling pertama.
Diskursus ini dihadiri sekitar 100 peserta dari berbagai kalangan, LSM, pejabat setempat, pers, siswa dan masyarakat setempat. Berkali-kali Cak Nun menekankan, bahwa Jakarta hanyalah perjanjian adminsitratif, "Jakarta jangan dianggap lebih hebat dari Ketapang. Saya serius!!! agar kita bisa menemukan kebudayaan kita," katanya lantang.
Dayak lah yang melahirkan Indonesia, Melayulah yang melahirkan Indonesia begitu juga etnis lainnya. "Jadi jangan bilang Indonesia lebih besar dari budaya kita. Suatu hari Jakarta harus kita belah. Kalimantan harus jadi pusatnya, meski secara administratif bukan menjadi pusat. Agar Anda tidak dijajah oleh oportunis-oprtunis senayan yang mau jadi pemimpin tapi tidak pernah memikirkan Anda di deaerah," ungkapnya tenang disambut tepuk tangan.
Selama ini kata Emha, masyarakat Indonesia banyak yang rela diperbudak Arab, Malaysia, Yahudi, amerika dan sebagainya. "Kita semua niru-niru barat, amerika, eropa," sindirnya dalam diskusi yang dipandu M Yani, Kasi Inbudpar Ketapang ini.
Sekilas, Yani sempat memberikan prolog dalam cerita 'bidik menggali', dimana ada kisah terjadinya dunia pertama kali. Pandangan sesudah kematian, dimana sesudah hidup ada kematian, yang dalam kepercayaan masyarakat adat Dayak, roh akan pergi ke dunia lain, dimana dalam tradisi Dayak, arwah yang mati memulai langkah baru dalam kehidupan yang lain.
Cak Nun juga menyebutkan, Indonesia didirikan oleh lima pilar. Pilar rakyat, sebagai pilar pertama dan secara menyeluruh, tanpa dibedakan suku. Pilar ke dua, TNI dan polisi, pilar ketiga, kaum intelektual, keempat kekuatan adat dan kesadaran terhadap kepemilikan natural dan kultur, pilar kelima kekuatan keagamaan dan spiritual.
"Ketahanan nasional kita baru mengakomodasi dua,pilar yakni intelektual dan militer. Rakyat belum teruumuskan dengan baik, negara belum bisa meletakkan rakyat dalam praktik-praktik politiknya. Parpol pilih wakil parpol bukan wakil rakyat," ucapnya diamini forum.
Pilar ke-4 dan ke-5 kata dia juga belum terakomodir. Kekuatan agama dianggap gangguan dan potensi konflik, tetapi negara tidak berusaha mencari inspirasi bahwa semua agama bisa menjadi wacana untuk mempermatang demokrasi yang kita pilih.
"Agama baru dikeluarkan secara defensif. Kalau masuk dalam birokrasi dan institusi baru di departemen agama, lucu, pengadilan agama nikah dan cerai di kalangan islam saja, aslinya tidak fair," kata dia.
"Luas mana agama sama negara?" tanyanya. Khilafah dijelaskannya adalah suatu pemandatan untuk memimpin alam. "Pasar disediakan oleh agama, masjid, keraton, hutan, sungai agama menyediakan nilainya. Tapi dalam negara kita, agama hanya dijadikan departemen, yang secara langsung mengerdilkan agama," ucapnya.
"Kita ini ikut demokrasi Indonesia tap tidak belajar pada Denmark, Thailand,dan lainnya yang meletakkan keraton pada proporsi yang cukup terhormat. Di sini keraton hanya jadi obyek wisata," katanya.
Otonomi daerah seharusnya kata Cak Nun, seperti. genekologi raja. "Supaya kita bisa menghormati apa yang kita miliki, agar institusi kita matang. Bukan berarti jika Dayak besar dari Indonesia, berarti kita Dayak Centris, justeru kita memangku pusat, selama ini kan yang kasi makan orang Jawa adalah orang daerah," katanya tertawa terbahak-bahak.
Otonomi daerah menurutnya bukan hanya bagi-bagi kue korupsi, bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga untuk menemukan garuda sejati. Garuda yang disimbolkannya sebagai hewan yang tahu sejarah nenek moyannya sendiri.
"2012 saya yakin Indonesia akan bangkit. Anda ini orang hebat. Bahasa Dayak lebih kaya, lebih banyak kosakatanya, entah dayak mana dan bagian mana. Salah satu tanda tuanya peradaban adalah bahasa. Pengenalan orang Dayak terhadap detailnya alam. Setiap etnik punya keistimewaan masing-masing," tandasnya.

Read More..