Selasa..15 Meiiii
Semua resah menanti. ketika proses editing selesai, bagian desain wajah selesai....malam sudah menjelang pagi.
Niat awal pulang diurungkan...terjegal rasa penasaran yang mendesak ingin melihat bayi pertama kami lahir...
pembukaan I, pembukaan II, III dan akhirnya...oeee..oeee..ooeee...satu demi satu edisi perdana promo sebanyak 1000 eksemplar nongol dari bibir mesin....
bak pasangan muda yang baru diberi anak, ekspresi gembira menatap wajah sang bayi pun terlihat jelas...tak sia-sia awak redaksi dan pra cetak nginap bareng di kantor tadi malam...........oeeee.......
Welcome to the world Borneo Tribune............
Sekilas tentang Borneo Tribune
Kalimantan sebagaimana terungkap dari literatur-literatur ilmiah dikenal penduduk dunia sebagai pulau terbesar ketiga setelah Green Land dan Papua. Pulau ini mengandung kekayaan yang luar biasa, baik dipandang dari aspek sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun kekayaan kulturalnya.
Karena kekayaan Kalimantan yang begitu besar berbagai persoalan juga terdapat di sini. Mulai dari eksploitasi sumber daya alam yang terkait politik, ekonomi, pertahanan-keamanan hingga konflik antaretnis.
Media massa sesungguhnya mempunyai peranan besar menjembatani berbagai kepentingan di Kalimantan, sehingga yang mencuat adalah manfaat bersama dengan kesejahteraan bersama, bahkan untuk kemajuan bersama. Harian Borneo Tribune lahir sebagai watchdog atas kontrol sosial sehingga setiap individu di Bumi Kalimantan dapat berperan serta dalam pembangunan secara aktif.
Setiap warga juga karena pencerdasan yang dilakukan Harian Borneo Tribune dapat mengambil keputusan-keputusan yang cerdas atas masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari; arif, bijaksana serta demokratis.
Harian Borneo Tribune lahir sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat Kalimantan pada umumnya dan Kalimantan Barat pada khususnya atas suguhan informasi yang berkualitas. Tidak hanya berkualitas pada sajian isi, namun juga wajah maupun edisi website. Model pendekatan koran ini kepada pembacanya adalah menjunjung tinggi idealisme, keberagaman dan kebersamaan melalui jurnalisme struktural.
Asal Usul
Borneo diambil dari nama besar pulau ketiga terbesar di dunia setelah Green Land dan Papua yang berarti Brunai atau Antidesma Neurocarpum (satu tumbuhan perdu berbentuk lurus menunjuk ke langit dengan struktur kayu yang keras). Di sini terdapat makna simbolis dan filosofis bahwa kehidupan punya cita-cita yang tinggi, religi, dan tegas.
Borneo Tribune diharapkan menjadi satu media besar yang menjadi pentas kehidupan masyarakat untuk saling belajar satu sama lain sehingga tercapai misi media yakni informatif, edukatif, menghibur sekaligus menjadi alat kontrol sosial yang tegas dan lurus sebagaimana visinya: idealisme, keberagaman dan kebersamaan.
Logo
Harian Borneo Tribune menggunakan logo Enggang Gading (Rhinoplax vigil atau buceros) yang menjadi perlambang religi dan mitologi di tengah masyarakat asli Kalimantan. Enggang hidup di hutan belantara nan lebat dengan daya survival yang tinggi. Karakter Enggang setia, sabar dan menjunjung tinggi cinta-kasih. Oleh karena itu pula di dada Enggang sebagai logo Borneo Tribune melekat lambang love (cinta).
Thursday, May 17, 2007
Bayi Pertama Kami....
Diposting oleh Safitri Rayuni di 6:45 AM 0 komentar
Label: diary
Tuesday, May 8, 2007
Razia (tak) 'Simpatik'
Pontianak, Rabu 2 Mei 2007
Matahari pagi itu terik menyengat. Gerahnya membuat tubuh serasa belum mandi. Namun begitu, aku dan tunanganku, Ronny, tetap harus bergegas menuju bandara Supadio. Sebab, usai sarapan bubur di Paris I, ia ditelpon teman-temannya yang sudah tiba lebih dulu di bandara. Dengan sepeda motorku, kami berpacu dengan waktu. Jam 09.30 saat itu, pesawat yang ditumpanginya take off satu jam lagi.
Belum jauh memasuki Jalan A Yani II, jalan panjang menuju bandara, tampak sebuah keramaian. Barisan polisi lalu lintas melakukan razia simpatik (setidaknya judul itu yang aku baca dalam surat teguran yang kemudian aku terima). Sadar Ronny tak membawa SIM, kami lantas bertukar posisi memegang kemudi. Dalam sekejap aku pindah ke depan.
Namun razia yang dilakukan menurutku jauh dari sikap simpatik. Ketika mendekat, seorang polisi (kalau tak salah namanya Hengki) tiba-tiba membentak. "Masuk!!Masuk!!Cepat!Mana surat-suratnya?" tanyanya padaku. Belum juga selesai aku mengobok-obok isi dompet, ia bertanya pada Ronny. "Gak punya sim ya?" belum Ronny menjawab polisi itu kembali bertanya. "Apa hah? gak punya sim ya?"
Diposting oleh Safitri Rayuni di 8:45 PM 0 komentar
Label: diary