Sunday, March 9, 2008

Tinggi, Semangat Gotong-royong Warga Desa Sibaju



Perjalanan ke Desa Sibaju, Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang bersama para donatur World Vision, membawa pada hikmah yang dalam akan potensi berkembang yang dimiliki masyarakat pedalaman. Sayangnya, mereka jarang tersentuh akan pembangunan mentalitas dan pendidikan. Sebab pemerintah lebih banyak terfokus pada pembangunan fisik semata.
Di desa yang yang berbatasan langsung dengan Kota Singkawang ini, masyarakatnya hidup begitu sederhana. Mereka hidup dari bertanam karet, sawah, dan pertambangan emas

Meski begitu, walaupun dengan kesederhanaan yang dimiliki, masyarakat di desa ini mempunyai sikap gotong royong dan jiwa persatuan yang tinggi. Terbukti dengan berdirinya bangunan sekolah yang dalam satu tahun tahun terakhir telah diambil pemerintah. Sekolah itu adalah SD Negeri 21 Sibaju.
Semangat warga desa dengan penduduk kurang lebih 200 KK ini juga ditopang pula para donatur World Vision. Saat berkunjung, mereka berkumpul bersama dan mendengarkan perjuangan yang dilakukan masyarakat.
Seperti upaya warga dalam membangun sekolah dan pengadaan air bersih. Diantara tokoh masyarakat itu, tampil Paulus, selaku Kepala Sekolah, Bapa Oktoviana, rohaniawan, Jasmin, panitia pembangunan, dan beberapa tokoh masyarakat lainnya.
”Pembangunan sekolah yang ada sekarang ini merupakan hasil perjuangan masyarakat didampingi WVI,” kata Ovi, guru di sekolah ini. Sekolah yang terdiri dari tiga ruang belajar, satu ruang kantor, dan satu saung tersebut dibangun dengan dana sebesar Rp133.263.250, dengan rincian Rp23.500.600 dari masyarakat dan Rp109.762. 650 dari World Vision Indonesia. Pembangunan sekolah itu dimulai pada tahun 2005 dengan cara bergotong-royong.
”Sebelum sekolah ini jadi, anak-anak harus bersekolah dengan memanfaatkan gereja. Ini karena jarak sekolah dari kampung sangat jauh, kurang lebih empat kilometer,” kata Ovi.
Menurut Ovi, pembangunan sekolah tersebut berawal saat dirinya bertemu dengan pengurus Wahana Visi Indonesia (ADP) Singkawang-Bengkayang pada pertengan tahun 2005 yang lalu. Dari pertemuan itu, akhir tahun 2005 pembangunan dimulai.
Walau pembangunan dilakukan, kerangkanya sempat roboh. Akan tetapi karena persatuan dan semangat fotong royong, dalam waktu satu hari, kerangka bangunan itu kembali berdiri. Setelah sekolah berfungsi, pengeololaannya diserahkan ke pemerintah daerah, Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkayang.
Setahun berikutnya, pihak pemerintah menawarkan untuk menambah dua ruang belajar. ”Saat ini ruang belajar yang kita miliki ada lima dengan satu kantor dan ditambah satu saung,” jelas Ovi.
Untuk selanjutnya, masyarakat menginginakn World Vision dapat membantu kembali masyarakat untuk membangun gedung SMP. ”Dengan adanya SMP, pendidikan anak-anak kami disini akan terperhatikan,” ujar Ovi
Selain pembangunan sekolah, dengan sikap gotong royong yang besar, masyarakat Sibaju juga berhasil membangun sarana pengadaan air bersih. Pembangunan tersebut tentu juga didampngi oleh Wahana Visi Indonesia.
”Karena wahana visi inilah, kami merasakan pentingnya persatuan dan kesatuan,” kata Ovi.
Selain bertemu dengan tokoh masyarakat, di Sibaju, para donatur kembali bertemu dengan para pelajar SDN 21. Pertemuan itu kembali diselimuti keceriaan. Mereka rela menghabiskan waktu hingga siang hari untuk bermain bersama. Setelah semua lelah, para donatur mendapatkan jamuan makan siang.
Setelah usai menggelar pertemuan di Sibaju, sebelum kembali ke Kota Sigkawang, para donatur World Vision kembali berkesempatan untuk mengunjungi ibu-ibu yang ada di kampung Wahabang, Kelurahan Sagatani. Di kampung yang juga berbatasan langsung dengan Kabupaten Bengkayang ini, para donatur kembali mendengarkan semangat ibu-ibu yang bertekad untuk membangun air bersih.
Air itu direncanakan akan diambil dari salah satu bukit yang ada di dekat kampung. Menurut rencana, pendanaannya juga diperoleh dari Negara Belanda. Setelah bertemu dengan ibu-ibu di kampung Wahabang. Kunjungan para donatur World Vision pun usai. (naskah Mujidi, editor : Iphiet)


No comments: