Thursday, September 20, 2007

Professional Visits para ALA Fellow di Australia-4

Bagaimana ANZ Bank Memprediksi Situasi Ekonomi Australia?

Safitri Rayuni
Borneo Tribune, Melbourne

Setelah melakukan workshop Personal Development selama satu minggu di Kota Sunburry, para Australian Leaderships Awards (ALA) Fellow untuk Economic Reporting Affairs kembali ke apartemen Quest di Lygon Street, Carlton, Melbourne. Selama dua minggu di Carlton, Asia Pasific Journalism Centre (APJC) menyediakan satu minggu (17-22 September) untuk program professional visits ke berbagai lembaga.

Jika sebelumnya kami diperbolehkan ikut duduk mendengarkan rapat perencanaan Harian The Age, kali ini kami boleh ikut duduk dalam rapat pimpinan divisi di Bank Internasional, Australia and New Zealand (ANZ) Banking.



Di dalam rapat itu, ada sejumlah ahli di sana, mereka duduk menghadap satu meja besar yang tersambung dengan line telepon ke AS. Tidak boleh ada kamera dan recorder di ruangan ini, namun berbagai hasil prediksi boleh kami akses dan tulis di media, sesuai dengan hasil prediksi para ahli di dalam rapat ini.
Rapat ini penting, karena hasil prediksi mengenai investasi, pengangguran dan lainnya akan mempengaruhi kepercayaan nasabah ANZ untuk menyimpan atau menarik kembali uangnya. Apabila prediksi para ahli ini terbukti salah, maka orang akan beramai-ramai menarik investasinya. ANZ tak hanya mengelola investasi dalam skala besar, namun juga investasi bagi pelaku usaha kecil. Bank ini mempunyai motto ‘Anda mengelola bisnis, kami mengelola risiko’.
Kami dibawa masuk oleh Senior Economist ANZ, Cherelle Murphy, yang wajahnya tak asing lagi, karena sering tampil di Stasiun TV SBS maupun ABC Australia. Setiap jam 11 siang setiap harinya, Cherelle tampil secara langsung dari ANZ untuk melaporkan kondisi keuangan makro terkini di Australia.
Para ahli ini juga dari berbagai negara, namun telah memiliki kewarganegaraan Australia. Diantaranya Ricky Jackson, ekonom perempuan dari Prancis, ada Jannet, periset dari Inggris, ada Nicolle dari Jerman yang pernah bertugas untuk ANZ di Jakarta dan Mark, senior economist di ANZ. Meja kerja Mark tak jauh dari meja Cherelle, berhadapan dengan studio mini atau tepatnya kamera siaran langsung Cherelle setiap harinya.
Dalam catatan saya, ada empat persoalan yang menjadi bahasan utama mereka selain kurs dolar Australia dalam posisi dunia. Yakni emas, besi, krisis air dan pertanian, serta harga minyak dunia, yang mempengaruhi stabilitas ekonomi di Australia.
Tidak semua peserta rapat kami tahu namanya. Namun pendapat mereka banyak menjadi catatan khusus kami tentang situasi ekonomi di Australia. Ada yang mengatakan, dari grafik kurs dollar Australia hari itu, dollar Australia tidak memberikan pengaruh banyak terhadap dunia. Sebaliknya, dunia memberikan pengaruh besar terhadap mata uang ini.
“Bisa dilihat dari grafik yang naik dan turun secara tajam dari AUD (Australia Dollar-ed), dibanding negara-negara eropa dan amerika. Ini menandakan ketidakstabilan,” katanya. Ia juga memprediksi bahwa dollar Amerika akan turun pada penghujung tahun ini.
Ada pula yang berpendapat bahwa naiknya harga emas tidak mempengaruhi situasi ekonomi di Australia, juga krisis perumahan di AS. “Dollar Australia tidak terpengaruh akan naiknya harga emas, juga krisis perumahan di AS. Krisis perumahan hanya akan berpengaruh bagi para developer baru yang akan berinvestasi,” katanya.
Sedangkan Mark berpendapat, apabila para pelaku bisnis mau berinvestasi saat ini, sebaiknya jangan berinvestasi di sektor emas. “Besi mungkin lebih baik, sebab harga besi akan terus merangkak naik sepanjang tahun ini,” katanya.
Sedangkan Nicolle berpendapat bahwa pemerintah Australia telah melakukan kesalahan besar dengan menandatangani kontrak di bidang pemasaran hasil pertanian terhadap negara-negara luar selama lima tahun. “Lima tahun terlalu lama, terlebih saat ini pertanian kita mengalami krisis air karena sudah dua bulan terakhir Australia tidak diguyur hujan,” katanya. Pendapat lain mengatakan, harga minyak dunia yang tinggi lebih disebabkan karena krisis perumahan yang terjadi di AS. Selebihnya tidak terlalu dipengaruhi oleh sistem perdagangan yang diterapkan negara-negara berkembang. Sepanjang rapat, sesekali terjadi pembicaraan via telepon dengan orang-orang Australia di AS.
Dari ruang rapat, kami melanjutkan perjalanan menuju ruang kerja para karyawan ANZ. Kebanyakan mereka berpakaian casual alias santai. Meski demikian, suasana amat serius dan tegang. “Kalian lihat, suasana mencekam di sini. Ini pertanda sesuatu yang sulit sedang terjadi, saya tidak tahu mengapa, tetapi pasti ada kaitannya dengan posisi dollar Australia,” terang Cherelle.
“Dulu, jika sepulang kantor ada sesuatu ketegangan terjadi, para karyawan memotong dasi mereka, dan menggantungkannya di sini,tapi sekarang tidak lagi,” kata Cherelle menunjuk kotak kaca berisi banyak dasi dan scraf wanita. “Hal yang sama juga terjadi apabila prediksi keuangan yang mereka berikan kepada nasabah salah besar,” pungkasnya sambil berlalu permisi, kemudian menyalakan kamera yang menghadap dirinya. Tak lama, wajah Cherelle muncul di layer TV SBS melaporkan situasi keuangan saat ini, dengan latar belakang ANZ Bank. □

No comments: