Thursday, September 20, 2007

Professional Visits para ALA Fellow di Australia-3

The Age Serius Mengelola Media Online

Safitri Rayuni
Borneo Tribune, Melbourne

Setelah melakukan workshop Personal Development selama satu minggu di Kota Sunburry, para Australian Leaderships Awards (ALA) Fellow untuk Economic Reporting Affairs kembali ke apartemen Quest di Lygon Street, Carlton, Melbourne. Selama dua minggu di Carlton, Asia Pasific Journalism Centre (APJC) menyediakan satu minggu (17-22 September) untuk program professional visits ke berbagai lembaga.

Dalam kunjungan ke The Age, kami tidak hanya menyaksikan rapat perencanaan mereka, namun mengintip dapur media online milik harian yang berdiri sejak 1854 ini. Simon Johanson, editor The Age Online, bersedia membagi ceritanya dengan kami.
Secara manajemen, The Age adalah koran yang memiliki satu induk perusahaan dengan The Sydney Morning Herald.

Redaktur Pelaksana The Age mengatakan ibarat tenda yang talinya satu, seperti itulah dulu The Age. Tidak begitu kuat. “Tetapi kini tenda The Age telah memiliki dua tali, orang bisa mengakses berita The Age di mana-mana di seluruh penjuru Australia, terlebih setelah The Age menerbitkan edisi online,” katanya.
Pengelolaan media online atau media internet digarap seserius mungkin seperti edisi cetak. “Kami tidak pernah mau membeli stasiun TV, sebab saat ini kemudahan mengakses berita menjelma via internet. Sehingga lebih baik masuk ke dunia internet daripada stasiun TV,” katanya.
Meski diakses gratis oleh para netter, media online bukannya tidak menjanjikan. Pendapatan iklan dari media online ini menurut Simon Johanson, terbilang cukup besar. “Sesuatu yang sifatnya gratis seperti ini tidak selalu membahayakan organisasi, media online buktinya,” kata Simon.
Media online The Age memiliki 26 jurnalis. “Yang paling penting untuk online adalah breaking news, karena respon pembaca sangat cepat. Mereka akan langsung klik dan bisa memberikan feedback tentang berita apa dan macam apa yang mereka mau via online,” terang Simon.
Karena itu, hubungan antara para editor dan wartawan online dengan para pembaca medianya sangat erat. Interaksi dilakukan sangat cepat. Saat ini The Age Online memiliki 400 ribu audiens tetap perhari. Angka rata-rata adalah 4,6 juta audiens perbulan se-Australia. “Pembaca tetap The Age Online sama dengan seperempat jumlah penduduk di Victoria,” katanya.
Pemberitaan di media online dibuat agak berbeda dari edisi cetak The Age. Media online cenderung membuat berita-berita pendek dan up to date. Wartawan biasanya mengirim berita tidak dari kantor, bisa melalui telpon, sms atau email dari tempat lain. “Web The Age diperbarui sebanyak 6 kali di pagi hari dan 6 kali di sore hari,” ujarnya.
Setiap hari, para editor dan wartawan mulai bekerja pada pukul 07.00 pagi, dan selesai pada pukul 07.00 malam. Situs The Age dapat diakses di http://www.theage.com.au/. Meja kerja para editor online berada di tengah-tengah ruangan redaksi The Age. Di sekelilingnya ada meja kerja kru redaksi ekonomi, sport, seni, pendidikan dan lainnya. Kami juga diajak masuk ke studio di mana gambar dan suara diedit untuk ditayangkan sebagai sajian audio visual via internet.
Studio ini terpisah satu lantai dari kru redaksi dan hanya ditangani satu orang ahli, yang juga merangkap sebagai pengisi suara atau komentator terhadap suatu peristiwa pada rekaman video tersebut. Benar-benar seorang yang multi talented.
Suasana kerja di studio ini dibuat sedemikian santai. Poster-poster dan foto kreatif ditempel sebagai ilustrasi menarik untuk dilihat. Di dalamnya juga ada tempat tidur, meja makan, kamar mandi dan alat fitness. “Beberapa kawan suka menumpang gym di sini kalau sudah terlalu penat,” katanya.
Sebagai seorang editor yang membawahi 26 jurnalis bersama beberapa asisten editor, diakui Simon tidak mudah.
“Diperlukan kesabaran yang luar biasa, bukan kepintaran manajemen saja, karena itu kami berusaha menciptakan suasana kerja yang enak dan santai, penuh kreatifitas, canda dan tidak terlalu serius,” katanya mengakhiri. □

No comments: