Thursday, September 20, 2007

Professional Visits para ALA Fellow di Australia-2

Menyaksikan Rapat Perencanaan Harian The Age

Safitri Rayuni
Borneo Tribune, Melbourne


Setelah melakukan workshop Personal Development selama satu minggu di Kota Sunburry, para Australian Leaderships Awards (ALA) Fellow untuk Economic Reporting Affairs kembali ke apartemen Quest di Lygon Street, Carlton, Melbourne. Selama dua minggu di Carlton, APJC menyediakan satu minggu (17-22 September) untuk program professional visits ke berbagai lembaga.

Senin (17/9) pagi itu jam 09.45 kami sudah duduk di ruang rapat perencanaan Harian The Age. Satu persatu redaktur datang dan duduk di kursi masing-masing. Rapat berlangsung seperti biasa, dan kami duduk di sana menyaksikan bagaimana The Age, koran berbahasa inggris tertua ini merencanakan liputannya.

Sebelum membuat rencana liputan, mereka lebih dulu membicarakan edisi cetak hari itu. Rapat dipimpin redaktur pelaksana. Para editor yang berasal dari berbagai negara, seperti Irlandia, Amerika dan Prancis ini duduk mengelilingi meja dengan rapi.
Ada screen besar di tengah ruangan, juga keyboard di meja rapat untuk memutar beberapa video dan gambar pada edisi Online The Age. HL di online dan di edisi cetak tidak sama. Penyajiannya pun berbeda. Edisi online The Age hari itu mengangkat HL tentang seorang gadis kecil berusia tiga tahun yang sengaja ditinggal sendiri oleh ayahnya di bandara Melbourne. Perbuatan sang ayah terekam dengan jelas oleh kamera CCTV bandara. Rekaman video ini ditayangkan online.
Pada edisi cetak, ada tiga berita mengisi halaman depan. Yakni headline kecelakaan pesawat di Bangkok, Thailand, yang menewaskan 88 jiwa. Dua warga Australia tewas dalam kecelakaan ini, satu lain dan 42 jiwa lainnya tertolong.
Seken HL nya adalah tentang pemilihan perdana menteri baru Australia, yang berjudul ‘Howard Would Lose Seat’. Berita ke tiga di bagian bawah halaman tentang korupsi di tubuh kepolisian yang melibatkan 40 orang pejabat di dalamnya. Berita korupsi di kepolisian ini sempat menjadi HL pada edisi Jumat sebelumnya.
Di dalam rapat itu dilibatkan dua wartawan senior dan dua wartawan liputan investigasi. Untuk kecelakaan pesawat, mereka mengaku belum memperoleh konfirmasi dari pihak perusahaan penerbangan One-Two-Go Airliner, dikarenakan awak penerbangan ini marah-marah akan pertanyaan yang diajukan oleh wartawan.
Sejumlah editor juga dimintai laporan HL di masing-masing halaman pada hari itu. The Age menebitkan tiga sisipan koran berukuran kecil dengan 16 halaman pada hari itu, yakni pendidikan, bisnis, dan olahraga.
Editor halaman opini, juga memberikan laporannya. HL halaman 11 itu berjudul ‘We’re ethical, aren’t we?’ yang ditulis Leon Gettler. “Isu ini menarik dan penting bagi warga Australia, karena persoalan etika menjadi persoalan serius yang dibahas berbagai kalangan,” kata si editor.
Sementara halaman bisnis hari itu ditangani oleh editor sementara (plt), karena editor aslinya sedang mengambil cuti tahunan. Halaman ini mengangkat tentang bidang infrastruktur yang membutuhkan 8 miliar AUD untuk menyamai asset milik Negara-negara maju Eropa.
Halaman 3 koran ini juga mengangkat tentang Sungai Yarra yang tercemar limbah racun berbahaya pada musim panas tahun ini, dengan narasumber Professor Hart. Banyak hal yang mereka bahas dalam rapat ini. Banyak isu dan wacana terlontar yang tidak semuanya dimengerti dengan jelas oleh para ALA fellow, sebab beberapa persoalan dibahas tidak begitu detil.
Untuk liputan korupsi di kepolisian, rapat ini memutuskan untuk mengutus satu wartawan investigasi untuk masuk di tubuh kepolisian, memantau perkembangan yang terjadi di sana. Wartawan investigasi yang terpilih adalah wartawan senior, Nick McKenzie yang sudah menulis berita ini dalam beberapa edisi. Hari itu Nick tidak di tempat, karena sedang dalam penugasan.
Usai rapat, para editor bubar, dan mengejar deadline cetak pada pukul 07.00 malam. “Kami pulang pada pukul 08.00 malam tiap harinya,” kata Nicolle, editor seni dan budaya.
The Age memiliki dua divisi, yakni divisi cetak dan online. “Kami memutuskan untuk tidak mengelola TV, sebab tahun nanti TV sudah akan dikalahkan oleh internet, yang menayangkan berita sekaligus video gambar secara online. Bisnis TV akan mati perlahan-lahan,” kata redpel The Age.□

No comments: