Thursday, September 20, 2007

Professional Visits para ALA Fellow di Australia-5

Radio SBS, Dua Jurnalis Kuasai 15 Bahasa

Safitri Rayuni
Borneo Tribune, Melbourne

Setelah melakukan workshop Personal Development selama satu minggu di Kota Sunburry, para Australian Leaderships Awards (ALA) Fellow untuk Economic Reporting Affairs kembali ke apartemen Quest di Lygon Street, Carlton, Melbourne. Selama dua minggu di Carlton, Asia Pasific Journalism Centre (APJC) menyediakan satu minggu (17-22 September) untuk program professional visits ke berbagai lembaga.

Studio radio dan TV Internasional Special Broadcasting Service (SBS) di Melbourne Victoria yang kami kunjungi ini besarnya sama dengan SBS di Sydney. Gedung dengan empat lantai ini memiliki enam studio. Tak jauh dari SBS, terdapat gedung radio dan TV ABC Australia, yang juga akan kami kunjungi.

Pertama tiba di halaman gedung, monitor besar di dinding yang tinggi akan menyambut kita di gedung ini. Banyak warga Melbourne menghabiskan sore hari di halaman gedung yang terbuka untuk publik ini, mereka duduk untuk menyaksikan tayangan di monitor atau hanya sekadar mengobrol atau bertemu teman dan lainnya.
Di lantai 2, kami diajak masuk ke studio 6 dan melihat bagaimana berita diakses dari berbagai penjuru dunia. Bagaimana berita itu diedit untuk langsung disiarkan dan sebagainya, termasuk bagaimana menggunakan perangkat-perangkat canggih di sana.
“Kampanye informasi, direkam di computer, retail advertising, 34 simultan instrument,” kata seorang teknisi. SBS menghabiskan 250 dollar AUD untuk membeli satu kaset perekam yang besar setiap harinya. “Dengan kualitas kaset yang berbeda dan suara yang jernih, itulah keunggulan SBS disbanding yang lainnya,” katanya.
Ada 6 frekuensi analog saat ini, dan jika dibagi legi di 10 tempat maka dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas atau mutu siaran SBS, “Karena itu saat ini SBS sedang ada eksperimen untuk memperbaiki hal tersebut,” ujarnya.
Siaran radio dan TV SBS disiarkan dalam 68 bahasa. Lazimnya setiap dua jurnalis harus menguasai 15 bahasa. Pertanyaannya, bagaimana SBS menemukan orang dengan talenta seperti ini?
Bella Kusumah Kasim, Executive Producer untuk Program Bahasa Indonesia mengatakan kebanyakan para jurnalis itu datang sendiri ke SBS untuk bekerja di sana. Setiap jurnalis dibayar berdasarkan kemampuan reportase dan bahasa yang ia kuasai. “SBS juga memiliki banyak koresponden di berbagai negara,” katanya.
SBS menyiarkan berbagai berita, termasuk dua berita yang dianggap terpenting di Australia, yakni Sport dan Bisnis. “Hampir semua warga Ausi tertarik dengan olah raga dan bisnis,” kata Bela. Usia SBS saat ini dikatakannya sudah memasuki 30 tahun, dan dari riset yang dilakukan SBS, sebanyak 23 persen dari penduduk Australia mempercayakan SBS sebagai saluran berita mereka.
Dalam peringatan 30 tahun radio SBS belum lama ini, Perdana Menteri John Howard mengatakan SBS sangat berperan dalam mempromosikan Australia di mata dunia. “Australia memiliki banyak keunikan yang ingin diketahui dunia internasional, sebagai seorang Australia, kita juga telah berkomitmen untuk selalu mengedepankan toleransi, kejujuran, dan kebanggaan terhadap tradisi demokrasi kita,” katanya.
Pemimpin SBS, Carla Zampatti mengatakan, kurun waktu 30 tahun adalah waktu yang tidak singkat untuk mengembangkan sebuah organisasi. “Kita sudah semestinya bangga terhadap kontribusi yang diberikan SBS radio untuk kebangsaan Australia dalam mewujudkan persatuan dalam berbagai perbedaan yang ada,” katanya.
Sebagai orang Indonesia yang lama hidup di Australia, Bela Kusumah mengaku sudah 20 tahun bekerja untuk SBS. Mulai menjadi koresponden untuk SBS di Indonesia, ia merintis karir hingga dipanggil ke SBS Melbourne. Pria perpaduan Sunda dan Batak ini mengaku betah bekerja di SBS karena terdiri dari banyak kebudayaan. “Sangat menarik di sini adalah iklim kerja yang multi kultur,” katanya memperkenalkan sejumlah rekan dari Indonesia, Jerman dan Portugal.
Dari Indonesia ada Sri Dean, yang bertugas mengedit dan menyiarkan berita dalam bahasa Indonesia. Sri dan Bela sangat ramah. Mereka berjanji menelpon kami yang dari Indonesia untuk berbuka puasa dan berlebaran bersama dengannya. Sayangnya saat lebaran nanti mungkin kami sudah berada di Sydney. □

2 comments:

SEKJEN PENA 98 said...

Yang terhormat
Rakyat Indonesia
Di tempat.

Seluruh Rakyat Indonesia dimanapun berada
Sepuluh tahun sudah berlalu dan tidak ada yang berubah
Beberapa berganti nama, beberapa berganti wajah
Beberapa berganti istilah …. Semua seolah berganti
Tapi semua tetaplah sama

Untuk itu, ijinkan aku mohon maaf
Karena hingga hari ini
Tak ada perubahan yang bisa dipersembahkan
Tak ada harta yang bisa diwariskan
Tak ada jabatan yang bisa dibanggakan

Aku sadar dan minta maaf
Karena hanya kejujuran bercerita yang tersisa
Tentang perjalanan panjang dari rangkaian cita-cita
www.pena-98.com
www.adiannapitupulu.blogspot.com.

bela kusumah said...

Halo Mba Safitri,

Terima kasih atas tulisan Anda tentang Radio SBS. Saya ingin sedikit meralat tentang jurnalis kami yang mampu 15 bahasa. Tidak semua jurnalis di Radio SBS yang mampu 15 bahasa. Memang saya pernah menyebutkan pada waktu Anda berkunjung ke kantor kami tentang Jurnalis Radio SBS yang dikirim untuk meliput Pesta Olah raga Atletik Dunia di Osaka - Jepang yang mampu berbicara dalam 15 bahasa. Reporter kami asal Republik Cheko sangat populer di Jepang karena bisa mewawancarai para atlit dari perbagai negara dengan 15 bahasa. Kemudian wawancara itu dikirim lewar mp3 yang kemudian disiarkan di radio SBS dalam 15 bahasa.

Jangan lupa kalau datang ke Melbourne, mampir ke kantor kami.

Salam,

Bela Kusumah Kasim
note: Siaran Radio SBS bisa didengar melalui situs: www.sbs.com.au/indonesian