Riset dan Adopsi dari 22 Keraton
Safitri Rayuni
Borneo Tribune, Pontianak
Setahun riset mengenai rumah Melayu di Kalbar, arsitek Ahmad Roffi Faturrahman ST dan Ari Yanuarif MT memulai merancang bangunan yang representatif mewakili Melayu Kalbar. Riset dilakukan sekitar tahun 2002-2003.
“Mulanya kami menginventarisir keraton-keraton yang ada di Kalbar untuk mendapatkan tipikal dan denah. Dari semua daerah kabupaten dan kota, ada 22 keraton yang masih tersisa dari 36 keraton yang terinventarisir,” terang Ahmad Roffi.
Detil yang menjadi catatan Roffi dan Ari adalah tipikal umum rumah Melayu, denah, sifat simetris bangunan, keseimbangan sisi kiri dan kanan rumah.
Secara detil, Roffi menggambarkan rumah Melayu sangat adaptable dengan iklim tropis. Umumnya rumah-rumah Melayu di Kalbar adalah rumah panggung. Memiliki teras besar, dengan ciri khas tangga yang banyak.
“Bentuk panggung dengan tangga yang tinggi dan banyak bukan tanpa alasan. Dengan iklim tropis, kolong di bawah panggung dimaksudkan sebagai penyangga panas agar tidak langsung naik ke rumah,” katanya.
Bangunan atap rumah Melayu di Kalbar mendapat pengaruh dari arsitektur atap bangunan di Jawa.
Model atap segitiga ini memiliki derajat ketinggian maksimal 30 derajat. Dimaksudkan agar udara panas terperangkap ke bawah atap lebih dulu dan tidak langsung mencapai bagian dalam rumah. Kolong tinggi di bawah dan atap segitiga di atas menurutnya adalah kemampuan rumah Melayu beradaptasi dengan iklim tropis.
“Ini adalah bagian dari kebijakan orang-orang dahulu, tidak seperti sekarang orang lebih mementingkan desain modern ketimbang adaptasi dengan iklim,” katanya. Dalam seminar arsitek rumah Melayu di Malaysia belum lama ini, peneliti rumah Melayu asal Jepang dan Singapura memaparkan hasil riset mereka di sejumlah daerah dan negara rumpun Melayu. □
Monday, January 7, 2008
Arsitektur Rumah Melayu Kalbar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment