Monday, January 21, 2008

Ermy Muchtar, Ibu UKM Kalbar Itu Kini Terbaring Sakit


*Mahalnya Biaya Pengobatan, Terpaksa Menguras Tabungan Haji

Sebuah jeweran buat pemerintah yang sudah banyak dibantu mengharumkan nama daerah dalam berbagai ekspo nasional, namun susah untuk memberi kepedulian, meski secuil, mereka berjanji membantu namun tak kunjung datang, janji menjenguk hanya dibibir saja.

Safitri Rayuni
Borneo Tribune

Tak sedikit pelaku usaha kecil dan menengah di Kalbar yang berhasil ia dorong untuk maju. Mulai dari pengusaha catering kue hingga pengusaha kerajinan keladi air di Kalbar, telah banyak yang mampu menembus pasar internasional berkat jasa pemasaran beliau.
Ialah Ermy Muchtar, sosok aktif yang sehari-hari mengemban amanah berat di pundaknya. Jabatan sebagai Sekjen Forda UKM Kalbar agaknya dihayati Ermy sebagai amanat yang akan ia pertanggungjawabkan kepada Sang Khalik. Karenanya, tak heran dalam satu hari, Ermy yang biasa menjadi tutor bagi koperasi-koperasi ini berada di banyak tempat.

Kesibukan menuntutnya tetap giat di usia 57. Selain aktif sebagai Sekjen Forda UKM, Ermy juga berkiprah sebagai Sekretaris DPD Golkar Kalbar dan Ketua Unit Usaha Peningkatan Pendapatan Kesejahteraan Keluarga (UPPKS) Kalbar.
Ia yang juga membuka catering kue di rumahnya ini, hidup secara sederhana. Sedikit demi sedikit Ermy mengumpulkan uang untuk mewujudkan cita-cita yang lama ia pendam. Berangkat Haji. Panggilan itu terus terngiang di telinga Ibu kelahiran 22 Agustus 1950 ini.
Tapi kini, uang tabungan itu harus terpakai untuk biaya pengobatan yang tidak sedikit. Sekali tebus resep saja, keluarga harus menghabiskan tak kurang Rp800.000. Sementara bantuan yang mengalir tak seberapa. “Sampai hari ini kami hanya menerima bantuan sebesar Rp860 ribu mbak, terpaksa harus mengorbankan tabungan haji Ibu,” ungkap Aria Sari berlinang air mata.
Ia sangat sedih mengingat betapa uang itu dikumpulkan Sang Bunda dengan susah payah. “Dia selalu bermimpi suatu saat uang itu akan ia pakai untuk berhaji. Sebenarnya kami (keluarga-ed) sudah akan membawa Ibu pulang hari ini, tetapi dokter mengatakan Ibu masih harus dirawat selama dua minggu lagi, ditambah Ibu menolak, katanya tunggu sampai bisa berjalan,” cerita Aria lirih.
Upaya menggunakan Askeskin juga ditempuh pihak keluarga. Namun sayang, askeskin itu tidak berlaku di rumah sakit swasta. Padahal dalam kesehariannya, Ermy aktif membantu Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar untuk mendapatkan anggota izin kesehatan gratis dari berbagai UKM. Program Dinkes yang rutin diberlakukan setiap tahun bagi pelaku usaha-usaha kecil dan menengah.
Meski demikian, Ermy selalu takjub ketika anak-anaknya mengatakan biaya pengobatannya sudah teratasi. Meski dengan suara tak jelas, ia juga mengingatkan anak-anaknya untuk membayar telepon dan urusan rumah lainnya. “Kata dokter, ibu terlalu banyak urusan dan berpikir keras setiap hari,” ujarnya. Keempat anak Ermy dengan setia menemani Sang Bunda. Meski kadang Ermy memanggil nama mereka dengan suara yang tidak jelas, mereka selalu mencoba berkomunikasi dengan ibunya.
sosok Ermy terbaring tak berdaya di RSS Antonius. Ketika saya menjenguknya, Sabtu (19/1) siang lalu, Ermy yang dirawat di Matheus kamar 210 terlihat sangat lemah. Kata Aria Sari, putri ke-2 nya, Ermy tak mampu berjalan. Kalau bicara terbata-bata. Ini akibat serangan stroke yang menderanya, Sabtu (12/1) lalu.
Pagi itu, pukul 05.00 WIB Ermy yang sehari sebelumnya masih tampak sehat dan sibuk dengan aktivitas, terbaring tak berdaya di kamarnya, usai salat subuh. “Dari mulutnya keluar busa, kami panik dan segera melarikannya ke RSSA, dan harus dirawat di ICU selama empat hari,” kisah Aria. □

No comments: